Sabtu, 10 November 2012

Teknologi Observasi Indonesia Lebih Maju dari 21 Negara

SATELIT
Sebanyak 22 negara mengikuti sidang ke-15 Commission for Basic System (CBS). Membahas data infomasi dan infrastruktur layanan cuaca untuk publik yang lebih tepat dan akurat guna menjawab tantangan kemajuan teknologi. Ketidaktepatan, ketidakakuratan, dan ‘lelet’ akan membuat informasi cuaca yang dibutuhkan masyarakat menjadi ‘basi’ adanya.

“Indonesia sebenarnya untuk segi teknologi termasuk maju, namun bagi 22 negara yang berada di kawasan V ini, perlu diperjuangkan agar informasi cuaca yang disampaikan kepada masyarakat akurat, tepat, dan timely,” kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Sri Woro B Harijono, yang juga Presiden Regional Association V (RA-V), kemarin.

Dikatakan, observasi dan monitoring mempengaruhi kecepatan dan ketepatan informasi. Namun, tidak semua negara berkembang punya fasilitas seperti yang dimiliki Indonesia. Bahkan ada negara yang tidak memiliki internet, jadi bagaimana informasi itu bisa sampai tepat waktu ?

“Sebagai koordinator di kawasan V, Indonesia perlu lebih meningkatkan kontribusinya melalui peningkatkan SDM, kualitas dan jangkauan jaringan, serta diseminasi informasi. Indonesia ingin negara-negara di kawasan ini diperhatikan juga,” kata Woro.

Menko Kesra, Agung Laksono, usai membuka pertemuan itu, menandaskan, peran BMKG berkontribusi dalam pencapain target MDG’s 2015. Melalui BMKG masyarakat yang membutuhkan informasi layanan cuaca seperti nelayan, petani, dapat terbantukan menentukan apa yang ingin dicapai.

Menurutnya, apa yang dibahas dalam CBS ini dapat memenuhi target itu karena sistem dasarnya dapat mempertajam suatu ramalan cuaca. Pertemuan yang juga tengah merancang sistem baru untuk mempercepat pendistribusian informasi ke seluruh dunia sangat menguntungkan berbagai pihak, tidak hanya penerbangan dan kapal pelayaran saja, tetapi juga bidang kesehatan, pertanian, dan sdm.
“Di sinilah hikmah lain sejak Indonesia diterjang tsunami. Teknologi yang kita miliki sangat modern. Di Asia Tenggara dan dunia kita selalu dimintai pandangan dan masuk dalam networking,” kata Agung.

Ada 22 negara yang mengikuti pertemuan satu dari delapan Komisi Teknis World Meteorological Organization (WMO). CBS sendiri komisi yang paling dominan karena bertanggung jawab pada pengembangan, implementasi dan pelaksanaan sistem terintegrasi untuk pengamatan terintegtrasi, data processing, komunikasi dan manajemen data, dan penyediaan layanan cuaca untuk publik.
Pertemuan yang berlangsung hingga 15 September di hotel Mercure itu, juga mengagendakan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden CBS baru. Untuk saat ini, Presiden CBS dijabat Frederick R Branski (USA) dan Wakil Presiden CBS dijabat Sue L Barrell (Australia).
 sumber : harianterbit.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

W A R N I N G !!!
=Pembaca yang Baik selalu Meninggalkan Komentar=

~ Berkomentarlah secara baik dan sopan maka admin akan merespon
~ JANGAN ANONIM
~ Komentar Sesuai dengan Topik Pembicaraan
~ Tidak Menyertakan Link Aktif
~ Dilarang Promosi dalam Bentuk Apapun !

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...